Bismillahirrahmanirrahim
ssalamu’alaikum wa
rahmatullahi wa barakatuhu
Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bersyukur kepada Allah.
Bagi kami yang sudah berumur enam puluh tahun ke atas ini, setiap tambahan umur
adalah kenikmatan dan kesyukuran. Kesyukuran besar bagi saya masih bisa
bertatap muka dengan kalian, masih diberi kesempatan untuk berbicara di hadapan
kalian. Kesempatan haji beberapa bulan yang lalu dan kesempatan umrah kemarin,
saya gunakan sebaik mungkin. Saya doakan semua yang bisa saya doakan. Saya
doakan pondok ini, saya doakan Gontor, para kader, guru, dan kalian
anak-anakku. Saya teriakkan apa yang saya minta kepada Allah di Multazam sana.
Karena belum tentu, tahun depan saya masih diberi kesempatan untuk umrah
ataupun haji. Atau mungkin ini adalah haji dan umrah saya yang terakhir.
Beribadahlah, seakan-akan kalian akan melakukan ibadah yang terakhir.
Ingat hadits Rasul, Syababaka qabla haramika, saya sudah tidak syabab lagi. Menggiring bola sudah tidak
selincah dulu lagi. Menendang bola sudah tidak sekeras dulu lagi. Kemudian Sihhataka qabla saqamika,
saya juga sering sakit-sakitan. Terkadang saya sulit tidur karena sariawan,
tapi saya masih bersyukur. Karena lebih baik ndak bisa tidur, dari pada ndak
bisa bangun. Kalau ndak bisa tidur masih bisa berdzikir, masih bisa wirid,
masih bisa beristighfar. Tapi kalau sudah ndak bisa bangun, sudah ndak bisa
berbuat apa-apa lagi.
Ketika masih sehat, tidak bisa makan daging karena masih faqir.
Ketika sudah tua dan kaya, tidak boleh makan daging karena faktor kesehatan.
Jika kita tidak pandai bersyukur, maka hidup kita akan menjadi sempit.
Berkaryalah, Sebelum Habis Masamu (13) Alhamdulillah, pondok ini
tidak berhenti dari bergerak. Tidak ada hari tanpa kegiatan dan pergerakan.
Kita akan menghadapi banyak kegiatan. Kita akan menghadapi Jambore Pramuka ke
Jepang, Daurah dan Muqabalah Madinah, Umroh bersama keluarga besar PMDG, Studi
Tour Mesir dan Australia, pendaftaran dan ujian penerimaan santri baru, dan
lain sebagainya. Selain itu, pembangunan di PMDG juga terus berjalan. Kita
sedang membangun Toko Buku La-Tansa, dan gedung rektorat terpadu di UNIDA.
Setelah itu, kita juga akan membangun stadion sepak bola, dan juga akan
membangun perpustakaan. Doakan! Doakan!
Jangan lambat di waktu cepat, jangan cepat di waktu lambat.
Dalam berjuang kita harus STIR, yaitu Sabar, Tawakkal, Ikhlas, dan Ridha. Orang
boleh mengatakan sabar, bila telah berusaha. Orang yang tidak berusaha, bukan
orang sabar namanya, tapi orang yang putus asa.
Pembangunan fisik terus berjalan,
pembangunan kualitas juga terus kita galakkan. Galakkan bahasa kita! Kita
galakkan untuk berbahasa menggunakan bahasa perpustakaan. Berusaha untuk
menggunakan bahasa kitaby atau bahsty, bukan bahasa sahafy.
Anak-anakku sekalian,
Musuh Islam sedang
gencar-gencarnya memerangi kita, memerangi Muslim. Mereka menghina Islam,
menghujat Islam, mendiskreditkan Muslim. Kalau Muslim tidak bergerak melawan,
bila Muslim tidak marah, berarti Muslim saat ini, sudah tidak punya hati. Musuh
Islam menggunakan otak untuk memerangi kita, tapi mereka tidak menggunakan
hati. Musuh-musuh Islam, untuk bisnis mereka dalam menyerang Islam, mereka mau
mengorbankan segalanya. Mengapa kita tidak? Untuk jihad dakwah, li i’laai kalimatillah,
kita harus mengorbankan segalanya! Berjuanglah, gerbang surga terbuka lebar!
Anak-anakku, berhati-hatilah! waspadalah! Orang yang tidak punya
harta, akan mencari harta. Orang yang tidak punya muka, akan mencari muka.
Orang yang tidak mendapatkan kursi, akan mencari kursi. Kalau kekuasaanmu dan
kemampuanmu berpotensi untuk membuatmu berbuat dzhalim, ingatlah akan kekuasaan
dan kemampuan Allah. Kuasa-Nya melebihi segala yang kamu kuasai.
Anak-anakku, berhati-hatilah dalam membaca informasi. Informasi
yang beredar diluar belum tentu benar. Informasi yang ada belum tentu yang
benar. Perbanyak pengetahuan, perluas wawasan, baru kemudian kalian bisa bebas
dalam fikiran. Katakan iya dengan tegas, tanpa keraguan, di saat kalian harus
berkata iya. Dan katakan tidak, dengan tegas, tanpa sedikitpun bimbang, di saat
kalian harus berkata tidak.
Berkaryalah, Sebelum Habis Masamu (11) Mall, pusat perbelanjaan,
dimana-mana ramai, lapangan juga ramai, bioskop pun ramai. Tetapi pesantren
juga ramai. Masyarakat masih punya harapan, bahwa pesantren masih bisa
membangun pendidikan. Pesantren masih menjadi harapan masyarakat, sebagai
benteng yang menjaga generasi umat dari kerusakan.
Anak Gontor, adalah anak-anak yang berkemauan keras, pekerja
keras, Insya Allah, kalian adalah manusia yang berkualitas. Anak Gontor bisa
bertugas apa saja, bisa bertugas dimana saja. Hari ini dia bersenyum simpul,
karena bertugas sebagai penerima tamu. Tapi esok hari, setelah reshuffle OPPM,
wajahnya berubah masam karena dia bertugas di bagian keamanan. Itu konsekuensi
tugas, itu bentuk tanggung jawab dalam menjalankan amanat. Pengurus rayon,
pengurus OPPM, para asatidz, mereka dipinjami wewenang dan kewibawaan untuk
bertugas di pos-posnya masing-masing, sesuai dengan kapasitasnya. Direktur
mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari Pimpinan untuk mengatur jalannya
pengajaran dan pendidikan. Pimpinan mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari
Badan Wakaf. Anggota Badan Wakaf juga mendapat wewenang, wibawa, dan amanat
dari Trimurti dan umat Islam untuk meneruskan perjuangan pondok ini.
Kita semua juga dipinjami kekayaan, kepintaran, keterampilan,
kesehatan dari Allah. Suatu saat nanti akan dicabut oleh Sang Pemilik
Segalanya. Maka, jangan mengatakan “saya adalah”, tapi katakan “saya hanyalah”.
Yang mendirikan Kerajaan Majapahit bukan Raden Wijaya, bukan Hayam Wuruk, bukan
Gajah Mada, tapi yang mendirikan Kerajaan Majapahit adalah tukang batu, tukang
kayu. Kehidupan ini penuh dengan kebersamaan. Mereka yang egois akan terpental,
akan terbuang, akan tersingkirkan oleh kebersamaan. Kalian adalah anak-anak
yang kuat, apalagi jika kalian bersatu, melangkah bersama. Kalian akan menjadi
generasi yang kuat.
Kita teruskan pola pendidikan ini! Agar pesantren bisa menjadi
benteng-benteng nilai dan jiwa yang Islami. Pesantren yang bebas, pesantren
yang anti intervensi! Pertahankan struktur dan kultur pondok yang telah
ditancapkan ini! Tidak cukup untuk menjadi manusia yang besar, kita harus
tinggi!
Disampaikan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal,
pada Pengarahan Pengawas Ujian Tulis Akhir Tahun, BPPM, Ahad, 24 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar